-->

NAVIGASI

Showing posts with label lessons at school. Show all posts
Showing posts with label lessons at school. Show all posts

Friday, April 1, 2016

PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI AKADEMIK

Written by: Admin
Share Impression SEO, Insurance, Schoolarsip, All Update Updated at: April 01, 2016
Konsep dan tujuan supervisi akademik, sebagaimana dikemukakan oleh para pakar supervisi akademik di muka, memang tampak idealis bagi para praktisi supervisi akademik (kepala sekolah). Namun, memang demikianlah seharusnya kenyataan normatif konsep dasarnya. Para kepala sekolah  baik suka maupun tidak suka harus siap menghadapi problema dan kendala dalam melaksanakan supervisi akademik. Adanya problema dan kendala tersebut sedikit banyak bisa diatasi apabila dalam pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah menerapkan prinsip-prinsip supervisi akademik.



Akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya.

Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah. Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu sebagai berikut.

1.       Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).

2.       Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang.

3.       Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncanakan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.

4.       Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981). Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972).

5.       Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru, sebagaimana telah dijelaskan di muka.

6.       Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.

7.       Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. Objectivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.


Thursday, March 31, 2016

TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK

Written by: Admin
Share Impression SEO, Insurance, Schoolarsip, All Update Updated at: March 31, 2016
TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI AKADEMIK di SEKOLAH

Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al. 2007). Oleh sebab itu,  setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961).






Teknik supervisi akademik ada dua yaitu: individual dan  kelompok seperti gambar berikut.

1.   Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi  perseorangan terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru. Dari hasil supervisi ini dapat diketahui kualitas pembelajaran guru bersangkutan.

Teknik supervisi individual ada lima macam adalah sebagai berikut.

a. Kunjungan Kelas, (Classroom Visitation)
Kepala sekolah atau supervisor  datang ke kelas untuk mengobservasi guru mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekirannya perlu diperbaiki.

 Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat tahap yaitu:
(1)    tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas,
(2)  tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung,
(3) tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, dan
(4)    tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.


b.   Kunjungan Observasi (Observation Visits)
Guru-guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru lain yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kunjungan observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan ke sekolah lain. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: (1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, (2) cara menggunakan media pengajaran, (3) variasi metode, (4) ketepatan penggunaan media dengan materi, (5) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
Pelaksanaan observasi melalui tahap:  persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi;dan tindak lanjut.
Dalam rangka melakukan observasi, seorang  supervisor hendaknya telah mempersiapkan  instrumen observasi,  menguasai masalah dan tujuan supervisi.

c.    Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor dan guru.
Tujuannya adalah:
(1)   mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik,
(2)   meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran, dan
(3)   memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru

Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan) individual sebagai berikut.
(1)   Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan 
        di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
(2)   Office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
      kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat
        bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
(3)   Causal-conference. yaitu percakapan individual yang bersifat informal, 
         yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
(4)   Observational visitation. yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
        setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.

Hal yang dilakukan  Supervisor dalam pertemuan individu :
(5) berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
(6) mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya,
(7) memberikan pengarahan, dan
(8) menyepakati berbagai solusi  permasalahan dan menindaklanjutinya.

d.   Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke   kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajaran.
Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai   berikut.
(1)   Jadwal kunjungan harus direncanakan.
(2)   Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi.
(3)   Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi
(4)   Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
(5)   Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
(6)   Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai? misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
(7)   Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
(8)   Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.

e.   Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang yang akan disupervisi berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dan analisis kemampuan kinerja guru, kemudian dikelompokan berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru  diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan. Dalam teknik supervisi  kelompok, terdapat  beberapa kegiatan yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut.
(1)   Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting), Seorang kepala sekolah menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termsuk mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut antara lain melibatkan KKG, MGMP, dan rapat dengan pihak luar sekolah.
(2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions), Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis. Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah memberikan pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saran-saran yang diperlukan.
(3) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training), Teknik ini dilakukan melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang studi tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran.



Wednesday, March 30, 2016

CIRI-CIRI SEKOLAH YANG BAGUS

Written by: Admin
Share Impression SEO, Insurance, Schoolarsip, All Update Updated at: March 30, 2016

“He who has never learned to obey cannot be a good commander”
Delapan ciri sekolah yang bagus dijelaskan sebagai berikut :

Pertama,
high expectations for every student. (Harapan yang tinggi untuk setiap peserta didik)
Ciri pertama ini memang tidak hanya dibentuk oleh sekolah, tetapi juga mulai dibentuk di dalam keluarga. Semangat untuk mencapai prestasi yang tinggi sudah harus dimulai dari lingkungan keluarga. Sejak keberangkatannya ke sekolah, anak-anak sudah harus dimotivasi untuk belajar dengan giat agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Belaian kepala, ataupun ciuman kening dari orangtuanya, ciuman tangan orangtuanya oleh sang anak harus diiringi dengan harapan dan do’a agar sang anak agar sang anak memiliki semangat yang tinggi agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. “Belajar yang tekun ya nak!”, harus menjadi kata-kata motivasi mukjizat yang sering diucapkan oleh ayah dan bundanya. Dalam teori hypnoparenting (hypnosis untuk para orangtua dalam mendidik anaknya) dijelaskan bahwa belaian kepada anak menjelang tidur akan menjadi motivasi yang masuk ke bawah alam sadar anak-anak kita. Marilah kita coba, belailah anak ketika hendak berangkat tidur, ketuk-ketuklah dahi anak dengan ujung jari-jari kita dengan lembut dan berirama, atau pada ubun-ubunnya, atau di atas alisnya, atau di atas bibirnya, dan ketika anak kita akan masuk ke alam bawah sadar, sebelum dia tertidur lelap, ucapkanlah kata-kata motivasi, misalnya “belajarlah dengan tekun anakku”, atau “jadilah anak yang sholeh atau sholehah”, atau “patuhilah perintah ayah bunda’, dan kata-kata motivasi lainnya sesuai dengan harapan dan do’a orangtua untuk anaknya tercinta.
Jika ketika masuk sekolah anak-anak kita telah membawa harapan yang tinggi untuk mencapai prestasi, maka insyaallah proses pengajaran dan pembelajaran akan berlang-sung lancar dan berhasil.
Kedua,
parent and community support. (Dukungan orangtua dan masyarakat).
Tidak dapat disangkal lagi bahwa keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam pendidikan. Orangtua tidak dapat hanya menyerahkan bulat-bulat kepada guru atau sekolah. Bahkan masyarakat juga harus mempunyai kepedulian terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Itulah sebabnya, sekolah perlu didukung adanya Komite Sekolah, sebagai wadah peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan di sekolah. Di Malaysia, lembaga ini dinamakan Persatuan Ibu Bapa dan Guru (PIBG). Di Amerika Serikat, lembaga ini dikenal dengan PTO (Parent Teacher Organization). Salah satu ciri sekolah yan baik adalah adanya dukungan dari orangtua dan masyarakat.

Ketiga,
a rigorous curriculum and fair assessments. (Kurikulum yang ketat dan penilaian yang adil)

Sekolah yang baik jika kurikulum yang telah disusun dilaksanakan secara ketat. Untuk ini, satuan pendidikan sekolah harus menyusun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sesuai dengan standar isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk menjadi pedoman dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), kurikulum tersebut harus dijabarkan ke dalam silabus yang disusun oleh guru bersama dengan kelompok kerja guru (KKG) untuk Sekolah Dasar, dan untuk SMP dan SMA/SMK, silabus itu disusun bersama dengan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran). Tentu saja, semua perangkat kurikulum ini harus dimiliki oleh sekolah yang baik.
Salah satu aspek yang sangat penting terkait dengan penerapan kurikulum ini adalah adanya proses penilaian pendidikan yang adil. Prestasi belajar peserta didik harus ditentukan dari hasil penilaian yang telah dilaksanakan secara jujur. Proses penilaian yang tidak jujur, misalnya dilakukan dengan cara menyontek, akan menumbuh-suburkan bibit perilaku koruptif bagi semua pemangku kepentingan. Perilaku koruotif yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, boleh jadi telah lahir dari perilaku tidak adil dalam proses penilaian pendidikan yang tidak adil di sekolah.
Keempat, 
sufficient resources to help all students achieve. (Sumber daya yang cukup untuk membantu semua siswa mencapai hasil belajar yang dicita-citakan).
Sumber daya berupa sarana dan prasarana pendidikan memang perlu dimiliki oleh sekolah yang baik. Gedung sekolah yang rusak berat, sebagai contoh, sudah barang tentu tidak akan menjadi tempat belajar yang menyenangkan bagi anak. Demikian juga dengan sarana belajar yang lain, seperti buku pelajaran, media pembelajaran, dan aspek-aspek lain yang mendukung proses pengajaran dan pembelajaran. Sebagai contoh, di kampus Sampoerna School of Education (SSE), semua kelas telah dilengkapi dengan infocus. Bahkan semua dinding dan sekat antarkelasnya terbuat dari bahan white board yang dapat berfungsi sebagai papan tulis. Dengan demikian, dosen atau guru dan siswa dapat menggunakan seluruh dinding kelasnya sebagai tempat untuk belajar. Lebih dari itu, kampus ini memang dilengkapi dengan berbagai peralatan untuk mempraktikkan semua pendekatan instruksional seperti PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) atau JAL (joyful active learning), serta CTL (contextual teaching and learning) dengan berbagai metode mengajarnya, seperti role play, praktik, dan sebagainya yang didukung dengan sarana yang memadai.

Kelima,
safe, healthy, and supportive learning environments. (Lingkungan belajar yang aman, sehat, dan mendukung).
Pertanyaan pertama yang diajukan oleh seorang guru di sekolah yang bagus, justru bukan tentang “apakah pekerjaan rumah telah dikerjakan”, melainkan “apakah anak-anak telah mandi dan mencuci rambutnya dengan keramas”. Bahkan sang guru pun mencoba mencium rambut siswa, seperti yang dilakukan terhadap anaknya sendiri. Dengan kata lain, lingkungan belajar di sekolah yang baik memang disediakan dengan lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung proses pembelajaran. Lingkungan sekolah yang bersih, indah, dan asri, sudah pasti akan menjadi lingkungan yang didambakan oleh semua pemangku kepentingan di sekolah, termasuk orangtua dan masyarakatnya. Oleh karena itu, sekolah harus mengupayakan adanya UKS yang dilaksanakan dengan baik di sekolah. Membuat taman bunga di depan kelas masing-masing sangat mungkin diupayakan oleh wali kelas masing-masing. Tempat cuci tangan untuk guru dan siswa di setiap kelas sebenanya bukan sarana yang terlalu mewah untuk diadakan di setiap kelas. Semua itu hanya tergantung oleh kemauan baik mulai dari guru kelas atau wali kelas sampai dengan wakil kepala sekolah dan kepala sekolahnya.
Keenam,
schools and classrooms equipped for teaching and learning. (Sekolah dan ruang kelas dilengkapi untuk proses pengajaran dan pembelajaran).
Kampus Sampoerna School of Education (SSE) telah dapat menjadi contoh bahwa semua ruang kelasnya telah dilengkapi dengan infocus, karena proses pembelajarannya telah berbasis ICT atau komputer. Bahkan semua dinding kelas dan sekat antarkelasnya pun telah dibuat dengan menggunakan bahan white board. Oleh karena itu, semua dinding dan sekat antarruang kelasnya sekaligus dapat digunakan untuk proses pengajaran dan pengajaran di dalam kelas.

Ketujuh,
 qualified teachers in every classroom. (Guru yang memenuhi telah memenuhi kualifikasi di setiap ruang kelas).
Mr. Moh. Yamin sejak masa perjuangan kemerdekaan telah mengingatkan kepada para pelaksana pendidikan bahwa pendidikan yang berkualitas hanya akan dapat dicapai jika gurunya berkualitas. Dalam hal ini, standar nasional pendidikan telah menetapkan bahwa minimal guru berkualifikasi S1 atau D4. Selain kualifikasi yang memadai, guru harus menguasai kompetensi yang meliputi 4 (empat) jenis kompetensi, yang meliputi 1) kompetensi kepriadian, 2) kompetensi pedagogik, 3) kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial.
Kedelapan,
strong school leadership. (Kepemimpinan sekolah yang kuat).
Pucuk pimpinan di sekolah adalah kepala sekolah. Oleh karena itu, maka kepala sekolah harus mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di sekolah, meliputi 1) perencanaan (planning), 2) pengorganisasian (organizing), 3) pelaksanaan (actuating), dan 4) pengawasan (controlling), yang sering disingkat POAC. Ahli filsafat Aristoteles menyatakan bahwa “He who has never learned to obey cannot be a good commander.
(Ia yang tidak pernah belajar untuk taat tidak dapat menjadi seorang pemimpin yang baik). Dengan demikian, mereka yang akan memimpin sekolah, sebelumnya sudah harus belajar menjadi anak buah yang taat. Kalau tidak pernah menjadi anak buah yang taat, tidaklah dapat diharapkan akan menjadi seorang pemimpin yang cakap.

Delapan Ciri Sekolah diangkat berdasarkan R.L. Young Eelementary School yang telah memiliki segudang pengalaman tentang karakteristik sekolah yang baik. Pengalaman-pengalaman tersebut didukung pula oleh pendapat para ahli tentang pendidikan pada umumnya dan para ahli dalam pengajaran dan pembelajaran. Dan referensi berbagai sumber.


Tuesday, March 29, 2016

Supervisi Pendidikan dan Pengertiannya

Written by: Admin
Share Impression SEO, Insurance, Schoolarsip, All Update Updated at: March 29, 2016

KONSEP TEORETIK SUPERVISI PENDIDIKAN

Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu “super” dan “vision”. Dalam Webster’s New World Dictionary istilah super berarti “higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others” (1991:1343) sedangkan kata vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight (1991:1492).



 Supervisor adalah seorang yang profesional. Dalam menjalankan tugasnya, ia bertindak atas dasar kaidah-kaidah ilmiah untuk meningkat- kan mutu pendidikan. Untuk melakukan  supervise diperlukan kelebihan yang dapat melihat dengan tajam terhadap permasalahan peningkatan mutu pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahaminya dan tidak hanya sekedar menggunakan penglihatan mata biasa. Ia membina pening- katan mutu akademik melalui penciptaan situasi belajar yang lebih baik,  baik dalam hal fisik maupun lingkungan non fisik.
Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993:1) : “Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris “Supervision” artinya pengawasan.

Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.


Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kese-pakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh ( Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987:129) yang menyebutkan sebagai berikut:
Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision is-and should be-the improvement of teaching and learning. The term instructional supervision is widely used in the literature of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision.

 Supervisi yang lakukan oleh pengawas satuan pendidikan, tentu memiliki misi yang berbeda dengan supervisi oleh kepala sekolah. Dalam hal ini supervisi lebih ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada kepala sekolah dalam melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien serta mengembangkan mutu kelembagaan pendidikan,   .
Dalam konteks pengawasan mutu pendidikan, maka supervisi oleh pengawas satuan pendidikan antara lain kegiatannya berupa pengamatan secara intensif terhadap proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, kemudian ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. (Razik, 1995: 559). Hal ini sejalan pula dengan pandangan L Drake (1980: 278) yang menyebutkan bahwa supervisi adalah suatu istilah yang sophisticated, sebab hal ini memiliki arti yang luas, yakni identik dengan proses mana-jemen, administrasi, evaluasi dan akuntabilitas atau berbagai aktivi- tas serta kreatifitas yang berhubungan dengan pengelolaan kelembagaan pada lingkungan kelembagaan setingkat sekolah.
Rifa’i (1992: 20) merumuskan istilah supervisi merupakan penga- wasan profesional, sebab hal ini di samping bersifat lebih spesifik juga melakukan pengamatan terhadap kegiatan akademik yang mendasarkan pada kemampuan ilmiah, dan pendekatannya pun bukan lagi pengawasan manajemen biasa, tetapi lebih bersifat menuntut kemampuan profesional yang demokratis dan humanistik oleh para pengawas pendidikan.
Supervisi pada dasarnya diarahkan pada dua aspek, yakni: supervisi akademis, dan  supervisi manajerial. Supervisi akademis menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademis, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Supervisi manajerial menitik beratkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran.
Oliva (1984: 19-20) menjelaskan ada empat macam peran seorang pengawas atau supervisor pendidikan, yaitu sebagai: coordinator, consultant, group leader dan evaluator. Supervisor harus mampu mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf. Ia harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secara kelompok maupun indivi- dual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai pemimpin kelompok, dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengem- bangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum.
Gregorio (1966)  mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama supervisi, yaitu: sebagai inspeksi, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Fungsi inspeksi antara lain berperan dalam mempelajari kea- daan dan kondisi sekolah, dan pada lembaga terkait, maka tugas seorang supevisor antara lain berperan dalam melakukan penelitian mengenai keadaan sekolah secara keseluruhan baik pada guru, siswa, kurikulum tujuan belajar maupun metode mengajar, dan sasaran inspeksi adalah menemukan permasalahan dengan cara melakukan observasi, interview, angket, pertemuan-pertemuan dan daftar isian.
Fungsi penelitian adalah mencari jalan keluar dari permasalahan yang berhubungan sedang dihadapi, dan penelitian ini dilakukan sesuai dengan prosedur ilmiah, yakni merumuskan masalah yang akan diteliti, mengumpulkan data, mengolah data, dan melakukan analisa guna menarik suatu kesimpulan atas apa yang berkembang dalam menyusun strategi keluar dari permasalahan diatas.
Fungsi pelatihan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterampilan guru/kepala sekolah dalam suatu bidang. Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara  baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran, dan jenis pelatihan yang dapat dipergunakan antara lan melalui demonstrasi mengajar, workshop, seminar, observasi, individual dan group conference, serta kunjungan supervisi.
Fungsi bimbingan sendiri diartikan sebagai usaha untuk mendorong guru baik secara perorangan maupun kelompok agar mereka mau melakukan berbagai perbaikan dalam menjalankan tugasnya. Kegiatan bimbingan dilakukan dengan cara membangkitkan kemauan, memberi semangat, mengarahkan dan merangsang untuk melakukan percobaan, serta membantu menerapkan sebuah prosedur mengajar yang baru.

Fungsi penilaian adalah untuk mengukur tingkat kemajuan yang diinginkan, seberapa besar telah dicapai dan penilaian ini dilakukan dengan beragai cara seperti test, penetapan standar, penilaian kemajuan belajar siswa, melihat perkembangan hasil penilaian sekolah serta prosedur lain yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Thursday, March 17, 2016

NOMOR INDEK SURAT DINAS PENDIDIKAN

Written by: Admin
Share Impression SEO, Insurance, Schoolarsip, All Update Updated at: March 17, 2016
NOMOR INDEK SURAT DINAS PENDIDIKAN 

000
UMUM
814
TENAGA HONOR
800
KEPEGAWAIAN
822
KENAIKAN GAJI BERKALA
900
KEUANGAN
822.2
KENAIKAN GAJI BERKALA GOL. II
005
UNDANGAN
822.3
KENAIKAN GAJI BERKALA GOL. III
011
GEDUNG KANTOR
822.4
KENAIKAN GAJI BERKALA GOL. IV
026
PERALATAN
823
KENAIKAN PANGKAT
045
KEARSIPAN
823.2
KENAIKAN PANGKAT GOL. II
131
BUPATI
823.4
KENAIKAN PANGKAT GOL. IV
132
WAKIL BUPATI
842
PEMINDAHAN
133
SEKDA
842.2
PEMINDAHAN
170
DPR
842.3
PEMINDAHAN
220
ORGANISASI
842.4
PEMINDAHAN
230
PROPESI
831
PERHITUNGAN MASA KERJA
420
PENDIDIKAN
832
PENYESUAIAN PANGKAT GAJI
422
ADMINISTRASI SEKOLAH
833
PENYESUAIAN IJAZAH
422.1
PERSURATAN MASUK
834
PERJENJANGAN
422.2
TAHUN PELAJARAN
841
TUNJANGAN
422.3
HARI LIBUR
851
CUTI TAHUNAN
422.4
SPP
852
CUTI BESAR
422.5
BEA SISWA
853
CUTI SAKIT 
423
METODE
854
CUTI HAMIL
423.5
KURIKULUM
855
CUTI NAIK HAJI
423.6
KARYA TULIS
856
CUTI DILUAR TANGGUNGAN NEGARA
423.7
UJIAN
857
CUTI ALASAN LAIN
424
TENAGA PENGAJAR
861
PENGHARGAAN
424.1
GT
862
HUKUMAN
424.2
GTT
863
KANDUITE
425
SARANA PENDIDIKAN
864
UJIAN DINAS
426
KEOLAHRAGAAN
874
DAFTAR RIWAYAT PEKERJAAN
427
KEPEMUDAAN
877
SUMPAH PEGAWAI
428
KEPRAMUKAAN
888
PEMBERHENTIAN
429
PENDIDIKAN KEDINASAN
881
PERMINTAAN SENDIRI
430
KEBUDAYAAN
882
DENGAN HAK PENSIUN
431
KESENIAN
902
APBN
432
KEPURBAKALAAN
903
APBD
433
SEJARAH
910
ANGGOTA
434
HIBURAN
911
RUTIN
813
CPNS
912
PEMBANGUNAN
893.1
IZIN BELAJAR
914
ABT (Anggaran Belanja Tahunan)
823.3
KENAIKAN GAJI BERKALA GOL. III
915
DIK / DUK
876
GAJI PEGAWAI /  876.1 = SKPP
450
AGAMA
821
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
474
PERCERAIAN PERKAWINAN / RUJUK
828
MUTASI PEGAWAI KE TEMPAT LAIN
848.3
SPT
847
REKREASI
421
SEKOLAH
43
PENGADUAN PEGAWAI
421.1
TK
800.2
PENELITIAN / PERENCANAAN
421.2
SD
840
KESEJAHTERAAN PEGAWAI
422.3
SLTP
236
KORPGRI
422.4
SLTA
232
PGRI
842.1
TASPEN / DANA
897
ADM PENDIDIKAN
842.2
KESEHATAN 
812
PENGUJIAN KESEHATAN 
876
SKPP
642
BANGUNAN PENDIDIKAN
094
SPPT (Surat Perjalanan)
845
PERUMAHAN 
422.5
BEA SISWA 
433
SEJARAH 
882.3
HAK PENSIUN
425
SARANA PENDIDIKAN
426.3
PESTA OLAH RAGA
424
TENAGA PENGAJAR / GURU TELADAN
864
UJIAN DINAS
364
KEBAKARAN
813
USUL PNS
276
SARANA PENDIDIKAN
893.1
IZIN BELAJAR
261
DARMAWANITA
642.2
PANGGILAN KONTRAK /
023
INVENTARIS
890
PENDIDIKAN PEGAWAI
025
PAKAIAN DINAS
811.3
PANGGILAN GURU TEGURAN
023
PERABOT KANTOR
882.5
PENSIUN JANDA / DUDA 
021
ALAT TULIS
019
UPACARA BENDERA
019
PROTOKOL
019.2
TEMPAT
012
RUMAH DINAS
019.4
ALAMAT KANTOR / SEKOLAH
893
PENATARAN / KURSUS
604
BAHAN BANGUNAN
363
ANGIN TOPAN
564
TENAGA SUKA RELA
360
BENCANA
535
PENGANIAYAAN / PENCURIAN

Recent Comments

Komentar Terbaru .