Written by: Admin
Share Impression SEO, Insurance, Schoolarsip, All Update Updated at: March 30, 2016
“He who has never learned
to obey cannot be a good commander”
Delapan
ciri sekolah yang bagus dijelaskan sebagai berikut :
Pertama,
high expectations for every student. (Harapan yang tinggi
untuk setiap peserta didik)
Ciri
pertama ini memang tidak hanya dibentuk oleh sekolah, tetapi juga mulai
dibentuk di dalam keluarga. Semangat untuk mencapai prestasi yang tinggi sudah
harus dimulai dari lingkungan keluarga. Sejak keberangkatannya ke sekolah,
anak-anak sudah harus dimotivasi untuk belajar dengan giat agar dapat mencapai
prestasi yang tinggi. Belaian kepala, ataupun ciuman kening dari orangtuanya,
ciuman tangan orangtuanya oleh sang anak harus diiringi dengan harapan dan do’a
agar sang anak agar sang anak memiliki semangat yang tinggi agar dapat mencapai
prestasi yang tinggi. “Belajar yang tekun ya nak!”, harus menjadi kata-kata
motivasi mukjizat yang sering diucapkan oleh ayah dan bundanya. Dalam teori
hypnoparenting (hypnosis untuk para orangtua dalam mendidik anaknya) dijelaskan
bahwa belaian kepada anak menjelang tidur akan menjadi motivasi yang masuk ke
bawah alam sadar anak-anak kita. Marilah kita coba, belailah anak ketika hendak
berangkat tidur, ketuk-ketuklah dahi anak dengan ujung jari-jari kita dengan
lembut dan berirama, atau pada ubun-ubunnya, atau di atas alisnya, atau di atas
bibirnya, dan ketika anak kita akan masuk ke alam bawah sadar, sebelum dia
tertidur lelap, ucapkanlah kata-kata motivasi, misalnya “belajarlah dengan
tekun anakku”, atau “jadilah anak yang sholeh atau sholehah”, atau “patuhilah
perintah ayah bunda’, dan kata-kata motivasi lainnya sesuai dengan harapan dan
do’a orangtua untuk anaknya tercinta.
Jika
ketika masuk sekolah anak-anak kita telah membawa harapan yang tinggi untuk
mencapai prestasi, maka insyaallah proses pengajaran dan pembelajaran akan
berlang-sung lancar dan berhasil.
Kedua,
parent and community support. (Dukungan orangtua dan
masyarakat).
Tidak dapat disangkal lagi bahwa keluarga
merupakan institusi pertama dan utama dalam pendidikan. Orangtua tidak dapat
hanya menyerahkan bulat-bulat kepada guru atau sekolah. Bahkan masyarakat juga
harus mempunyai kepedulian terhadap kemajuan pendidikan di sekolah. Itulah sebabnya,
sekolah perlu didukung adanya Komite Sekolah, sebagai wadah peran serta
masyarakat dalam bidang pendidikan di sekolah. Di Malaysia, lembaga ini
dinamakan Persatuan Ibu Bapa dan Guru (PIBG). Di Amerika Serikat, lembaga ini
dikenal dengan PTO (Parent Teacher Organization). Salah satu ciri
sekolah yan baik adalah adanya dukungan dari orangtua dan masyarakat.
Ketiga,
a rigorous curriculum and fair assessments. (Kurikulum yang ketat dan
penilaian yang adil)
Sekolah
yang baik jika kurikulum yang telah disusun dilaksanakan secara ketat. Untuk
ini, satuan pendidikan sekolah harus menyusun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) sesuai dengan standar isi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk menjadi pedoman dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran),
kurikulum tersebut harus dijabarkan ke dalam silabus yang disusun oleh guru
bersama dengan kelompok kerja guru (KKG) untuk Sekolah Dasar, dan untuk SMP dan
SMA/SMK, silabus itu disusun bersama dengan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran). Tentu saja, semua perangkat kurikulum ini harus dimiliki oleh
sekolah yang baik.
Salah
satu aspek yang sangat penting terkait dengan penerapan kurikulum ini adalah
adanya proses penilaian pendidikan yang adil. Prestasi belajar peserta didik
harus ditentukan dari hasil penilaian yang telah dilaksanakan secara jujur.
Proses penilaian yang tidak jujur, misalnya dilakukan dengan cara menyontek,
akan menumbuh-suburkan bibit perilaku koruptif bagi semua pemangku kepentingan.
Perilaku koruotif yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, boleh jadi telah lahir dari perilaku tidak adil dalam proses
penilaian pendidikan yang tidak adil di sekolah.
Keempat,
sufficient resources to help all students
achieve. (Sumber
daya yang cukup untuk membantu semua siswa mencapai hasil belajar yang
dicita-citakan).
Sumber daya berupa sarana dan prasarana
pendidikan memang perlu dimiliki oleh sekolah yang baik. Gedung sekolah yang
rusak berat, sebagai contoh, sudah barang tentu tidak akan menjadi tempat
belajar yang menyenangkan bagi anak. Demikian juga dengan sarana belajar yang
lain, seperti buku pelajaran, media pembelajaran, dan aspek-aspek lain yang
mendukung proses pengajaran dan pembelajaran. Sebagai contoh, di kampus Sampoerna
School of Education (SSE), semua kelas telah dilengkapi dengan
infocus. Bahkan semua dinding dan sekat antarkelasnya terbuat dari bahan white
board yang dapat berfungsi sebagai papan tulis. Dengan demikian, dosen atau
guru dan siswa dapat menggunakan seluruh dinding kelasnya sebagai tempat untuk
belajar. Lebih dari itu, kampus ini memang dilengkapi dengan berbagai peralatan
untuk mempraktikkan semua pendekatan instruksional seperti PAKEM (pembelajaran
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) atau JAL (joyful active learning),
serta CTL (contextual teaching and learning) dengan berbagai metode
mengajarnya, seperti role play, praktik, dan sebagainya yang
didukung dengan sarana yang memadai.
Kelima,
safe, healthy, and supportive learning
environments. (Lingkungan
belajar yang aman, sehat, dan mendukung).
Pertanyaan
pertama yang diajukan oleh seorang guru di sekolah yang bagus, justru bukan
tentang “apakah pekerjaan rumah telah dikerjakan”, melainkan “apakah anak-anak
telah mandi dan mencuci rambutnya dengan keramas”. Bahkan sang guru pun mencoba
mencium rambut siswa, seperti yang dilakukan terhadap anaknya sendiri. Dengan
kata lain, lingkungan belajar di sekolah yang baik memang disediakan dengan
lingkungan yang aman, sehat, dan mendukung proses pembelajaran. Lingkungan
sekolah yang bersih, indah, dan asri, sudah pasti akan menjadi lingkungan yang
didambakan oleh semua pemangku kepentingan di sekolah, termasuk orangtua dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, sekolah harus mengupayakan adanya UKS yang
dilaksanakan dengan baik di sekolah. Membuat taman bunga di depan kelas
masing-masing sangat mungkin diupayakan oleh wali kelas masing-masing. Tempat
cuci tangan untuk guru dan siswa di setiap kelas sebenanya bukan sarana yang
terlalu mewah untuk diadakan di setiap kelas. Semua itu hanya tergantung oleh
kemauan baik mulai dari guru kelas atau wali kelas sampai dengan wakil kepala
sekolah dan kepala sekolahnya.
Keenam,
schools and classrooms equipped for teaching
and learning. (Sekolah
dan ruang kelas dilengkapi untuk proses pengajaran dan pembelajaran).
Kampus Sampoerna School of
Education (SSE) telah dapat menjadi contoh bahwa semua
ruang kelasnya telah dilengkapi dengan infocus, karena proses pembelajarannya
telah berbasis ICT atau komputer. Bahkan semua dinding kelas dan sekat
antarkelasnya pun telah dibuat dengan menggunakan bahan white board.
Oleh karena itu, semua dinding dan sekat antarruang kelasnya sekaligus dapat
digunakan untuk proses pengajaran dan pengajaran di dalam kelas.
Ketujuh,
qualified teachers in every classroom. (Guru yang memenuhi telah
memenuhi kualifikasi di setiap ruang kelas).
Mr.
Moh. Yamin sejak masa perjuangan kemerdekaan telah mengingatkan kepada para
pelaksana pendidikan bahwa pendidikan yang berkualitas hanya akan dapat dicapai
jika gurunya berkualitas. Dalam hal ini, standar nasional pendidikan telah
menetapkan bahwa minimal guru berkualifikasi S1 atau D4. Selain kualifikasi
yang memadai, guru harus menguasai kompetensi yang meliputi 4 (empat) jenis
kompetensi, yang meliputi 1) kompetensi kepriadian, 2) kompetensi pedagogik, 3)
kompetensi profesional, dan 4) kompetensi sosial.
Kedelapan,
strong school leadership. (Kepemimpinan
sekolah yang kuat).
Pucuk pimpinan di sekolah adalah kepala
sekolah. Oleh karena itu, maka kepala sekolah harus mampu melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen di sekolah, meliputi 1) perencanaan (planning),
2) pengorganisasian (organizing), 3) pelaksanaan (actuating), dan
4) pengawasan (controlling), yang sering disingkat POAC. Ahli filsafat
Aristoteles menyatakan bahwa “He who has never learned to obey cannot be a
good commander.
(Ia yang tidak pernah belajar untuk taat
tidak dapat menjadi seorang pemimpin yang baik). Dengan demikian, mereka
yang akan memimpin sekolah, sebelumnya sudah harus belajar menjadi anak buah
yang taat. Kalau tidak pernah menjadi anak buah yang taat, tidaklah dapat
diharapkan akan menjadi seorang pemimpin yang cakap.
Delapan Ciri
Sekolah diangkat berdasarkan
R.L. Young Eelementary School yang telah memiliki segudang pengalaman tentang
karakteristik sekolah yang baik. Pengalaman-pengalaman tersebut didukung pula
oleh pendapat para ahli tentang pendidikan pada umumnya dan para ahli dalam
pengajaran dan pembelajaran. Dan referensi berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment
Silakan berikan komentar atas tulisan ini dengan mempertimbangkan kaidah dan etika, sebelumnya terima kasih.